Selasa, 19 Mei 2009

Blood Type Research

BLOOD TYPE RESEARCH
GOLONGAN DARAH A, B, O, AB Di Jepang, ramalan tentang seseorang lebih ditentukan oleh golongan darah daripada zodiak atau shio. Kenapa katanya, golongan darah itu ditentukan oleh protein-protein tertentu yang membangun semua sel di tubuh kita dan oleh karenanya juga menentukan psikologi kita. Benar apa tidak? SIFAT SECARA UMUM
GOLONGAN DARAH A Terorganisir, konsisten, jiwa kerja-sama tinggi, tapi selalu cemas (karena perfeksionis) yang kadang bikin orang mudah sebel, kecenderungan politik "destra"
GOLONGAN DARAH B
Nyantai, easy going, bebas, dan paling menikmati hidup, kecenderungan politik: "sinistra"
GOLONGAN DARAH O
Berjiwa besar, supel, gak mau ngalah, alergi pada yang detil. Kecenderungan politik: "centro"
GOLONGAN DARAH AB
Unik, nyleneh, banyak akal, berkepribadian ganda, kecenderungan politik Yang paling gampang ngaret soal waktu :
B (karena nyantai terus)
O (karena flamboyan)
AB (karena gampang ganti program)
A (karena gagal dalam disiplin)
Yang paling susah mentolerir kesalahan orang :
A (karena perfeksionis dan narsismenya terlalu besar)
B (karena easy going tapi juga easy judging)
AB (karena asal beda)
O (easy judging tapi juga easy pardoning)
Yang paling bisa dipercaya :
A (karena konsisten dan taat hukum)
O (demi menjaga balance)
B (demi menjaga kenikmatan hidup)
AB (mudah ganti frame of reference)
Yang paling disukai utk jadi teman :
O (orangnya sportif)
A (selalu on time dan persis)
AB (kreatif)
B (tergantung mood)
Kebalikannya, teman yg paling disebelin/tidak disukai:
B (egois, easy come easy go, maunya sendiri)
AB (double standard)
A (terlalu taat dan scrupulous)
O (sulit mengalah)

Jumat, 15 Mei 2009

Bromo

Gunung Bromo (2392 meter dpl) berada dikawasan pelestarian alam Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) dan merupakan Taman Nasional paling spektakuler dan paling mudah dikunjungi diantara Taman Nasional lainnya yang ada di Indonesia. Ketinggian TNBTS antara 1.000 – 3.676 meter diatas permukaan air laut. Wilayah TNBTS terletak pada rangkaian pegunungan berapi yang merupakan salah satu dari rangkaian besar pegunungan yang terbentang sepanjang Pulau Jawa. Daerah ini ‘dikuasai’ oleh 4 pemerintah daerah yaitu, Malang, Lumajang, Probolinggo dan Pasuruan.

Dibagian utara pegunungan Tengger terdapat kaldera Tengger yang sangat indah dan menarik, garis tengahnya ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Dasar Kaldera Tengger berupa laut pasir seluas 5.290 ha, terdapat Gunung Bromo (2.392 m), Gunung Batok (2.470 m), Gunung Kursi (3.392 m), Gunung Watangan (2.601 m), dan Gunung Widodaren (2.600 m).

Pintu gerbang utama menuju ke lautan pasir dan Gn. Bromo adalah melalui Cemorolawang. Pengunjungnya bukan hanya wisatawan lokal, bahkan banyak yang berasal dari luar negeri. Dengan pemandangan yang khas membuat Bromo layak menjadi tujuan wisata. Apa saja keistimewaan wisata Gunung Bromo?

1. Sunrise Untuk melihatnya, Anda harus menaiki Gunung Pananjakan yang merupakan gunung tertinggi di kawasan ini. Pengunjung biasa mengunjungi kawasan ini sejak dini hari dengan tujuan melihat terbitnya matahari. Medan yang harus dilalui untuk menuju Gunung Pananjakan merupakan medan yang berat. Untuk menuju kaki Gunung Pananjakan, Anda harus melalui daerah yang menyerupai gurun yang dapat membuat Anda tersesat. Untuk itu, banyak pengunjung yang memilih menyewa mobil hardtop (sejenis mobil jeep) yang dikemudikan oleh masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar berasal dari suku Tengger yang ramah dengan para pengunjung.

Suhu disini mencapai 10 derajat bahkan sampai 0 derajat Celsius saat menjelang pagi. Maka, Anda hendaknya mempersiapkan pakaian dingin, topi, sarung tangan, kaos kaki, syal untuk mengatasinya. Menyaksikan terbitnya matahari memang merupakan peristiwa yang menarik. Buktinya, para pengunjung rela menunggu sejak pukul 5 pagi –-bahkan sebelumnya--menghadap sebelah timur agar tidak kehilangan moment ini.
Anda dapat melihat bulatan matahari yang pertama-tama hanya sekecil pentul korek api, perlahan-lahan membesar dan akhirnya membentuk bulatan utuh dan memberi penerangan sehingga kita dapat melihat pemandangan gunung-gunung yang ada di kawasan ini. Antara lain, Gn. Batok (2440 meter dpl), Gn. Kepolo (3035 meter dpl), Gn.Ayek Ayek (2819 meter dpl), Gn. Jembangan (3028 meter dpl), Gn. Ider Ider (2521 meter dpl), Gn. Widodaren (2600 meter dpl) dan Gn. tertinggi di Pulau Jawa, Gn.Semeru (3676 meter dpl). 2. Lautan Pasir Selesai menyaksikan matahari terbit, Anda dapat kembali menuruni Gunung Pananjakan dan menuju Gunung Bromo. Anda dapat melihat pemandangan sekitar berupa lautan pasir yang luas. Daerah yang gersang yang dipenuhi pasir dan hanya ditumbuhi sedikit rumput-rumputan yang mengering. Tiupan angin, membuat pasir berterbangan dan dapat menyulitkan Anda bernafas.
3. Gunung Bromo Untuk mencapai kaki Gunung Bromo, Anda tidak dapat menggunakan kendaraan. Sebaliknya, Anda harus menyewa kuda atau bila Anda merasa kuat, Anda dapat memilih berjalan kaki. Tapi, patut diperhatikan bahwa berjalan kaki bukanlah hal yang mudah, karena sinar matahari yang terik, jarak yang jauh, debu yang berterbangan dapat membuat perjalanan semakin berat.

Sekarang, Anda harus menaiki anak tangga yang jumlahnya mencapai 250 anak tangga untuk dapat melihat kawah Gunung Bromo. Sesampainya di puncak Bromo yang tingginya 2.392 m dari permukaan laut, Anda dapat melihat kawah Gunung Bromo yang mengeluarkan asap. Anda juga dapat melayangkan pandangan Anda kebawah, dan terlihatlah lautan pasir dengan pura di tengah-tengahnya. Benar-benar pemandangan yang sangat langka dan luar biasa yang dapat kita nikmati.

Bila Anda mengunjungi Bromo pada Tanggal 14 Bulan Kasada. Di kawasan ini diadakan Upacara Kasada (Yadnya Kasada), upacara yang diselenggarakan pada tengah malam ketika purnama, waktu itu bulan tepat di atas kepala. Tata upacaranya unik sehingga tidak mengherankan apabila kemudian peristiwa ini sangat dinanti-nanti oleh para wisatawan. Acara ini terasa begitu akbar, karena disaksikan oleh puluhan bahkan ratusan ribu pasang mata yang ikut menyaksikannya.

Upacara Kasada merupakan upacara keagamaan Masyarakat Tengger. Upacara ini berawal dari ceritera hilangnya (raibnya) Raden Kusuma, Putra pasangan suami-istri Rara AnTeng dan Jaka SeGer di Kawah Bromo. Sejak saat itu Upacara Kasada diadakan sebagai peringatan untuk masayarakat Tengger.

Konon yang merupakan “Cikal Bakal” masyarakat Tengger adalah sepasang suami istri yaitu Rara Anteng (Teng) dan Jaka Seger (Ger). Perpaduan dua suku kata itulah kemudian menjadi akronim yang dikenal dengan nama TENGGER. Rara Anteng ialah seorang putri Prabu Brawijaya dengan Garwa Padmi, raja terakhir Majapahit, yang termashur memiliki wajah ayu rupawan. Ia diasuh oleh seorang Resi bernama Ki Dadap Putih, tinggal dikawasan Gunung Bromo yang pada waktu itu masih berwujud hutan belantara.

Pada suatu hari, seorang Senopati berdarah Brahmana yang bernama Jaka Seger sedang menempuh perjalanan jauh melintasi daerah ini bertemu dengan Rara Anteng. Kedua muda-mudi tersebut saling tertarik dan jatuh cinta yang akhirnya dikawinkan oleh Resi Ki Dadap Putih. Sejak saat itu Rara Anteng dan Jaka Seger resmi menjadi pasangan suami-istri.

Nama putra-putri Rara Anteng dan Jaka Seger yang berjumlah 25 orang itu dikaitkan dengan tempat-tempat keramat di daerah Bromo, yaitu:

1. Tumenggung Klewung (Gunung Ringgit)

2. Sinta Wiji (Gunung Kidangan)

3. Ki Baru Klinting (Lemah Kuning)

4. Ki Rawit (Gunung Sumber Semani)

5. Jinting Jinah (Gunung Jinahan)

6. Ical (Gunung Pranten)

7. Prabu Siwah (Gunung Lingga)

8. Cokro Pranoto Aminoto (Gunung Gendera)

9. Tunggul Wulung (Cemoro Lawang)

10. Tumenggung Klinter (Gunung Penanjakan)

11. Raden Bagus Waris (Watu Balang)

12. Ki Dukun (Watu Wungkuk)

13. Ki Pranoto (Poten)

14. Ni Perniti (Gunung Bajangan)

15. Petung Supit (Tunggukan)

16. Raden Mas Sigit (Gunung Batok)

17. Puspa Ki Gentong (Widodaren)

18. Kaki Teku Niti Teku (Guyangan)

19. Ki Dadung Awuk (Banyu Pakis)

20. Ki Demeling (Pusung Lingker)

21. Ki Sindu Jaya (Wonongkoro)

22. Raden Sapujagad (Pundak Lemdu)

23. Ki Jenggot (Rujag)

24. Demang Diningrat (Gunung Semeru)

25. Raden Kusuma (Gunung Bromo)

4. Madakaripura Waterfall.

Madakaripura adalah lokasi wisata berupa air terjun setinggi ± 200 meter. Madakaripura terletak ± 620 meter dpl. Letaknya ± 6 Km dari Bromo tepatnya di Desa Sapeh, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo. Air terjun ini dikenal sebagai tempat meditasi Maha Patih Gajahmada.

INFO PENTING Musim kunjungan terbaik: Bulan Juni s/d Oktober dan bulan Desember s/d Januari. Cara pencapaian lokasi ke Bromo/TNBTS : 1. Pasuruan-Warung Dowo-Tosari-Wonokitri-Gunung Bromo menggunakan mobil dengan jarak 71 km. 2. Malang-Tumpang-Gubuk Klakah-Jemplang-Gunung Bromo menggunakan mobil dengan jarak 53 km. 3. Jemplang-Ranu Pani-Ranu Kumbolo, 16 km. Atau dari Malang-Purwodadi-Nongkojajar-Tosari-Wonokitri-Penanjakan sekitar 83 km. 4. Dari Malang ke Ranu Pani menggunakan mobil sekitar 70 menit, yang dilanjutkan berjalan kaki ke Puncak Semeru sekitar 13 jam. Biro Wisata : PT. Gilang Wisata Perkasa Jl. KH. Ahmad Dahlan No. 41 Probolinggo Telp: 0335 437135, 0335 7604880 atau hubungi marketing kami: Stebby Julionatan 0852 3041 3398r Segitiga Emas Pariwisata Probolinggo (Bromo Sunrise – Petik Anggur – Songa Rafting) P r o g r a m 2 Hari 1 Malam Hari 1 : Surabaya – Probolinggo – Gunung Bromo ( MS, MM ) • Peserta dijemput di Bandara Juanda / Stasiun KA dengan mobil L300. Berangkat menuju Probolinggo. Snack, air mineral dan buah dikemas di dalam hand bag dan dibagikan pada saat pemberangkatan. • Makan siang di RM. Gilang 'Sajian Dapur Desa'. • Menuju Lokasi Petik Anggur • Melanjutkan perjalanan menuju Gunung Bromo. Menuju hotel untuk check in dan acara bebas. • Makan malam di RM. Lokal. Hari 2 Bromo Sunrise Tour – Sungai Pekalen – Surabaya ( MP, MS, MM ) • ± pukul 04.00 WIB, peserta dibangunkan untuk melihat keindahan sunrise dan panorama Puncak Bromo dan Semeru di Pananjakan dengan Jeep. • Dilanjutkan dengan melihat Kaldera Gunung Bromo. • Kembali ke hotel untuk makan pagi dan istirahat. • Check out hotel. Menuju lokasi arung jeram di Sungai Pekalen. • Makan Siang di Songa Rafting. • Melanjutkan perjalanan menuju Surabaya. • Tiba di Surabaya dengan membawa kenangan manis bersama Gilang Wisata Tour. Sumber : kumpulan.info, wisatanet, website Kabupaten Probolinggo, dll.

Senin, 11 Mei 2009

GWK

Rwa Bhinedha
(Kecak Tektekan Collaboration With Nusantara Dance)

1. Tari Janger Jaipong. Tarian ini merupakan tarian sambutan selamat datang kepada pengunjung yang ditarikan oleh beberpa pasang muda-mudi dengan kolaborasi antara gerakan tari janger dengan tari Jaipong dan diiringi dengan musik gamelan bali.

2. Tari Irian Jaya Tari ini mengisahkan tentang prajurit Irian yang dengan gagah menyambut pengunjung. Tarian ini memadukan gerakan tarian Irian yang lincah dengan iringan musik Okokan dan gamelan Bali.
3. Tari Barong. Tari ini merupakan kolaborasi antara Tari Barong dengan Tari Topeng yang diiringi dengan alat musik Tektekan Kolaborasi.
4. Tari Kecak Ramayana. Tari ini mengisahkan Dharma dan Adharma (Kebaikan dan Keburukan) antara putih dan hitam. Dalam ceritera ini kebaikan diwakili oleh barong dan kejahatan diwakili oleh rangda. Rwa Bhinedha menceriterakan pertempuran Rama sebagai simbol kebaikan dan Rahwana sebagai simbol kejahatan. Rahwana sangat tertarik dengan isteri Prabu Rama yang bernama Dewi Shinta dan ingin memilikinya. Segala daya upaya licik diginakan oleh Rahwana untuk memperdaya Dewi Shinta dan akhirnya Dewi Shinta dapat diculik oleh Rahwana dan dibawa ke Alengka kerajaan Sang Rahwana. Melihat isterinya telah diculik Rahwana maka Sang Rama mengutus Hanoman dengan pasukan keranya untuk menyerbu Alengka Pura. Pertempuran dasyat pun terjadi antara pasukan kera yang dipimpin oleh Hanoman dan Pasukan Raksasa yang dipimpin oleh Megananda. Dengan kesaktian yang berimbang, Megananda berubah menjadi Rangda dan Hanoman berubah menjadi Barong dengan Pasukan Keranya. Pertempuran sengit terjadi tetapi tetap tidak ada yang kalah dan menang.
5. Tari Api. Tari Api ini merupakan kolaborasi dari Tari Kuda Lumping dengan Tari Api Bali yang dikemas dalam bentuk atraksi permainan api dan tarian diatas api yang sedang menyala oleh penari yang sedang kerasukan.
Sumber : GWK Cultural Park Jl. Raya Uluwatu, Ungasan, Kuta Selatan Badung 80364, PO Box 139 Nusa Dua, Bali. Email : info@gwk-culturalpark.com; www.gwk-culturalpark.com.

Kamis, 07 Mei 2009

Prambanan

Ririn yang metal....

Wiwit in action....
Prambanan Background
Prasasti Taman Candi Prambanan

Senin, 04 Mei 2009

Ulu Watu - Ngebak Geni

Gara-gara kera, kacamata Wiwit harganya tambah 5 dolar!
Anting-antingnya tambah 3 dolar!
Weleeh....weleeh...?

Tahan Gempa Bagian 3

(BAGIAN 3)
3. Dinding Tembok
a.Bangunan sebaiknya tidak dibuat bertingkat
b.Besar lubang pintu dan jendela dibatasi.
c. Jumlah lebar lubang-lubang dalam satu bidang dinding tidak melebihi ½ panjang dinding itu.
d. Letak lubang pintu/jendela tidak terlalu dekat dengan sudut-sudut dinding, misalnya minimum 2 kali tebal dinding.
e. Jarak antara dua lubang sebaiknya tidak kurang dari 2 kali tebal dinding.
f. Ukuran bidang dinding juga dibatasi, misalnya tinggi maksimum 12 kali tebal dinding, dan panjangnya diantara dinding-dinding penyekat tidak melebihi 15 kali tebalnya.
(Gb 7 : Dinding Tembok) g. Apabila bidang dinding diantara dinding-dinding penyekat lebih besar daripada itu maka dipasang pilaster / tiang tembok.
h. Balok lintel dibuat menerus keliling bangunan dan sekaligus berfungsi sebagai pengaku horizontal. Balok lintel tersebut perlu diikat kuat dengan pilaster
i. Pilaster diperkuat dengan jangkar. Jangkar dapat terdiri dari kawat anyaman ataupun seng tebal yang diberi lubang-lubang paku seperti parutan.
(Gb 8 : Penguat Dinding Tembok)
j. Pada bagian atas dinding dipasang balok pengikat keliling/ring balok. Ring balok dijangkarkan dengan baik kepada pilaster.
k. Pada sudut-sudut pertemuan dinding, hubungan antara balok-balok pengikat keliling (ring balok) perlu dibuat kokoh.
(Gb 9 : Ring Balk dan Penguat Sudut Dinding Tembok) l. Hubungan antara bidang-bidang dinding pada pertemuan dan sudut-sudut dinding perlu diperkuat dengan jangkar-jangkar. Jangkar dapat berupa seng tebal dengan lubang-lubang bekas paku atau berupa kawat anyaman.
(Gb 10 : Penguat Sudut Dinding Tembok)

Tahan Gempa Bagian 2

(BAGIAN 2)
2. Pondasi :
Bila Pondasi Batu Kali Menerus
a. Sebaiknya tanah dasar pondasi merupakan tanah kering, padat, dan merata kekerasannya. Dasar pondasi sebaiknya lebih dalam dari 45 cm.
(Gb 3 : Pondasi Batu Kali Menerus) b. Pondasi sebaiknya dibuat menerus keliling bangunan tanpa terputus. Pondasi dinding penyekat juga dibuat menerus. Bila pondasi terdiri dari batukali maka perlu dipasang balok pengikat/sloof sepanjang pondasi tersebut.
(Gb 4 : Pondasi Batu Kali Menerus dan balok Sloof)
Bila Pondasi Setempat
a. Pondasi setempat dan balok perlu diikat kuat satu sama lain dengan memakai jangkar besi. Pengikat dengan jangkar gunakan besi minimal Ø 12 mm
(Gb 5 : Pondasi Batu Setempat dengan Penjangkaran)
Bila Pondasi Setempat Beton Bertulang
a. Bila pondasi bangunan tinggi menggunakan pondasi setempat Beton bertulang
(Gb 6 : Pondasi Setempat Beton Bertulang)

Tahan Gempa 1

PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA SALAH SATU SOLUSI UNTUK MENGURANGI TINGKAT RESIKO KORBAN JIWA DI DALAM BANGUNAN (BAGIAN 1)

Latar Belakang : Indonesia memiliki wilayah yang rawan terhadap gempa sehingga perlu perencanaan khusus dalam pembangunan rumah dan gedung bertingkat, yang tahan terhadap bahaya gempa Permasalahan : Banyaknya kerusakkan bangunan yang tidak menggunakan perencanaan/perhitungan tahan gempa Usulan Teknis : • Tata Cara Perencanaan Perhitungan Struktur Bangunan Tahan Gempa untuk Rumah Sederhana • Tata Cara Perencanaan Perhitungan Struktur Bangunan Tahan Gempa untuk Struktur Bangunan Tinggi

(Gb. 1 : Zona Gempa di Indonesia)
FALSAFAH BANGUNAN TAHAN GEMPA 1. Bila terjadi gempa ringan, bangunan tidak mengalami kerusakan baik pada komponen non-struktural maupun komponen struktural
2. Bila terjadi gempa sedang, bangunan boleh mengalami kerusakan pada komponen non-struktural tetapi komponen struktural tetap utuh
3. Bila terjadi gempa besar, bangunan boleh mengalami kerusakan baik pada komponen non-struktural maupun komponen struktural, akan tetapi tersedia selang waktu bagi evakuasi penghuni bangunan tersebut untuk keluar sebelum bangunan runtuh sebagian atau seluruhnya.
Tata cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung (Acuan : SNI – 03 – 1726 – 2002 REVISI)
Dasar-dasar perencanaan bangunan tahan gempa 1. Bentuk Denah a. Bentuk denah bangunan sebaiknya sederhana dan simetris
b. Penempatan dinding penyekat dan lubang pintu/jendela diusahakan sedapat mungkin simetris sumbu-sumbu denah bangunan
c. Bidang-bidang dinding sebaiknya membentuk kotak-kotak tertutup
d. Atap sedapat mungkin dibuat yang ringan
(Gb. 2 : Bentuk Denah Bangnan Tahan Gempa)

Nyepi 1931 Caka

NYEPI ÇAKA 1931 (2009)

Sebagai bukan penganut Agama Hindu (Bali) yang berasal dari lingkungan Jawa, secara khusus sebenarnya kurang mengerti rangkaian Hari Raya Nyepi. Hanya karena ingin berlibur dalam rangkaian Hari Raya Nyepi di Bali, maka dengan “sedikit baca sana, sedikit baca sini” sebagai bekal pemahaman lumayan juga.

Rangkaian Hari Raya Nyepi yang saya tahu :

  1. Hari Raya Nyepi Çaka 1931 (2009) bertepatan dengan 26 Maret 2009. Nyepi berasal dari kata “sepi” (sunyi). Saat Nyepi seluruh aktivitas di Bali dihentikan selama 24 jam. Ada 4 larangan yang disebut Catur Brata Penyepian yang harus dijalankan oleh Umat Hindu di Bali saat Hari Raya Nyepi. Keempat Brata Penyepian tersebut adalah amati geni (tidak menyalakan api), amati karya (tidak melakukan pekerjaan), amati lelanguan (tidak menyalakan hiburan), dan amati lelungan (tidak bepergian). Keempat Brata Penyepian ini membantu manusia untuk mengontrol sifat-sifat keduniawian dengan pikiran dan kebijaksanaan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia ditahun yang baru. Pada beberapa orang yang memiliki tingkat spiritualitas tinggi atau mempunyai keinginan untuk meningkatkan spiritualitasnya menjalankan larangan ’brata’ lainnya dengan tidak makan dan minum (upawasa), tidak berbicara (monobrata), dan juga meditasi dengan memusatkan pikiran untuk menyembah dan memuja Tuhan.

  1. Ngembak Geni Çaka 1931 (2009) bertepatan dengan 27 Maret 2009. Hari ini bisa disebut juga sebagai puncaknya perayaan Hari Raya Nyepi, saat untuk berbagi kebahagiaan dengan mengunjungi keluarga, kerabat dan teman. Tahun yang baru diawali dengan saling memaafkan dan melupakan kesalahan dimasa lalu serta bersama-sama kembali.

Pada saat itu juga terlihat warga Banjar Kaja sibuk mempersiapkan suatu ritual khusus yang disebut dengan istilah ”Med-medan”. Med-medan sebenarnya berarti saling tarik-menarik. Menurut Arya Jimbaran, seorang tokoh desa setempat ritual ini diadakan untuk menghindari masyarkat desa dari kejadian buruk, karena pernah suatu hari acara ini ditiadakan yang akhirnya terjadi sesuatu kejadian aneh di depan Banjar Kaja, dimana dua ekor babi saling beradu dan tidak seorangpun bisa memisahkan sampai akhirnya salah satu diantaranya mati. Karena kejadian aneh inilah maka ritual ini dilaksanakan setiap tahunnya. Ritual ini berlangsung di Banjar Kaja Desa Adat Sesetan pada pukul 15.00 Wita. Ritual Med-medan dimulai dengan persembahyangan bersama kemudian diadakan pembagian kelompok antara pria dan wanita yang ditempatkan di dua sisi yang berbeda. Setelah tanda mulai dibunyikan, kedua kelompok ini mendekat dan saling tarik-menarik satu dengan lainnya disertai dengan guyuran air dan gamelan Bleganjur untuk menambah semangat kedua kelompok.

  1. Hari Raya Kuningan Çaka 1931 (2009) bertepatan dengan 28 Maret 2009.

Hari raya ini berlangsung 10 hari setelah Hari Raya Galungan (Hari Raya Galungan ± 10 hari sebelum Hari Raya Nyepi). Pada hari ini Umat Hindu melakukan pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Dewa-dewa dan leluhur yang telah turun ke bumi untuk memberkati alam semesta beserta isinya, dan kemudian akan kembali lagi ke Sorga hingga sebelum tengah hari. Oleh Karena itu upacara hanya berlangsung sampai jam 12 siang.

Sebenarnya secara kronologis rangkaian Hari Raya Nyepi Çaka 1931 (2009) sebagai berikut :

  1. 10 Maret 2009 : Purnama

  1. 12 Maret 2009 : Sugian Jawa।

Pada hari ini Umat Hindu melakukan upacara penyucian terhadap Bhuana Agung (dunia dan isinya) sebagai persiapan untuk menyongsong Hari Raya Galungan.

  1. 13 Maret 2009 : Sugian Bali।

Umat Hindu melakukan penyucian terhadap Bhuana Alit (lingkungan rumah dan sekitarnya) sebagai persiapan Hari Raya Galungan.

  1. 16 Maret 2009 : Penyajaan Galungan।

Pada hari ini Umat Hindu menyiapkan berbagai macam kue/jajan Bali seperti : tape, uli, dodol, kaliadrem untuk persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa saat Galungan.

  1. 17 Maret 2009 : Penampahan Galungan।

Satu hari sebelum Galungan disebut dengan ”penampahan”, pada saat ini Umat Hindu mempersiapkan sarana upakara berupa : sate, lawar, urutan dengan cara ’Mepatung’ dimana mereka membentuk suatu kelompok yang terdiri dsari 10 hingga 15 orang bekerjasama untuk memotong babi dan kemudian dibagikan secara merata. Pada petang harinya umat Hindu melakukan ’Upacara Abyakala’ semacam upacara penyucian diri agar terhindar dari pengaruh buruk Sang Kala Tiga Amangkurat. Mereka juga membuat ’penjor’ yang merupakan bentuk persembahan kehadapan Bharata Mahadewa yang berkedudukan di Gunung Agung. Penjor terbuat dari sebatang bambu yang dihias dengan daun janur, daun-daunan, hasil panen berupa padi, pisang atau buah lainnya, kelapa dan kain putih atau kuning yang melambangkan kemakmuran. Penjor dipasang disebelah kanan pintu masuk rumah.

  1. 18 Maret 2009 : Hari Raya Galungan।

Hari ini merupakan peringatan atas terciptanya alam semseta beserta isinya dan juga perayaan kemenangan Dharma atas Adharma. Umat Hindu melakukan persembahyangan di masing-masing Merajan dan Pura dengan mempersembahkan ’banten’ sebagai ucapan puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan Dewa/Bhatara atas kedamaian dan kemakmuran di dunia.

  1. 19 maret 2009 : Umanis Galungan।

Setelah persembahyangan di masing-masing Merajan atau Pura, Umat Hindu melakukan ’Simakrama’ (saling mengunjungi) antar anggota keluarga, kerabat terdekat, tetangga dan teman untuk lebih mempererat hubungan kekeluargaan.

  1. 23 Maret 2009 : Melasti/Mekiyis।

Saat ini Umat Hindu melakukan upacara untuk menyucikan atau membersihkan seluruh alat-alat upacara, demikian juga pretima sebagai perlambang dari Dewa-dewa ke pantai, danau, sungai dan juga sumber air lainnya. Dalam Bahasa Bali, Melasti berarti membersihkan segala kotoran pada makhluk hidup dan dunia dengan mengambil intisari kehidupan yang ada di lautan. Laut sebenarnya merupakan simbol dari kehidupan yang berlangsung terus menerus yang terdiri dari dua unsur yakni kebahagiaan dan kesedihan. Dengan kedua unsur tersebut kita bisa temukan intisari dari kehidupan ini.

  1. 25 Maret 2009 : Tilem। Tawur Agung Kesanga.

Tawur Agung Kesanga merupakan upakara keagamaan yang dilaksanakan satu hari sebelum Hari Raya Nyepi। Upacara biasanya berlangsung pada pukul 12.00 Wita di perempatan desa, dan pada petang harinya masing-masing keluarga juga menyelenggarakan upacara kecil ditempat persembahyangan dan juga di depan pintu masuk rumah. Seluruh anggota keluarga juga akan melaksanakan upacara ’mabyakala prayascita’ untuk menetralisirkan kekuatan jahat (bhuta). Pada hari yang sama saat matahari terbenam sekitar jam 6 sore juga akan diselenggarakan upacara ’Pengerupukan’. Seluruh anggota keluarga akan melaksanakan upacara pengerupukan dengan berjalan mengelilingi seluruh bangunan rumah dengan membawa obor dan membunyikan suara gaduh dari kulkul (kentongan tradisional terbuat dari bambu).

Di Pura Penataran Agung Besakih-Karangasem diadakan Odalan Panca Bali Krama.

  1. 26 Maret 2009 : Hari Raya Nyepi.
  2. 27 Maret 2009 : Ngembak Geni.
  3. 28 Maret 2009 : Hari Raya Kuningan.

Sport Jantung ”Taru-Menyan”

Sabtu, 02 Mei 2009

Tanah Lot

Sekali-kali juga harus refreshing! Ke gunung ? Oke! Ke pantai ? Oke juga!

Daerah Gempa

Indonesia memiliki wilayah yang rawan terhadap gempa. Dari gambar di atas kita tahu bagaimana rawannya bahaya gempa di wilayah Indonesia. Hampir seluruh wilayah Indonesia rawan gempa, kecuali Pulau Kalimantan.
Apa ada bangunan yang tahan terhadap bahaya gempa ?
Mengingat Indonesia memiliki wilayah yang rawan terhadap gempa sehingga perlu perencanaan khusus dalam pembangunan rumah dan gedung bertingkat, yang tahan terhadap bahaya gempa . Bagaimana ?
FALSAFAH BANGUNAN TAHAN GEMPA 1. Bila terjadi gempa ringan, bangunan tidak mengalami kerusakan baik pada komponen non-struktural maupun komponen struktural . 2. Bila terjadi gempa sedang, bangunan boleh mengalami kerusakan pada komponen non-struktural tetapi komponen struktural tetap utuh. 3. Bila terjadi gempa besar, bangunan boleh mengalami kerusakan baik pada komponen non-struktural maupun komponen struktural, akan tetapi tersedia selang waktu bagi evakuasi penghuni bangunan tersebut untuk keluar sebelum bangunan runtuh sebagian atau seluruhnya Caranya ? 1. Bentuk denah bangunan sebaiknya sederhana dan simetris 2. Penempatan dinding penyekat dan lubang pintu/jendela diusahakan sedapat mungkin simetris sumbu-sumbu denah bangunan 3. Bidang-bidang dinding sebaiknya membentuk kotak-kotak tertutup 4. Atap sedapat mungkin dibuat yang ringan. Sudah cukupkah ? Disamping upaya-upaya tersebut diatas, yang tidak kalah penting lagi ialah adanya simulasi, latihan cara-cara menyelamatkan diri dari bahaya gempa / mitigasi*. Hal ini wajib dipahami betul karena tidak ada seorang pun yang tahu kapan akan terjadi gempa. *Mitigasi adalah upaya yang dilakukan untuk menekan timbulnya dampak bencana, baik secara fisik struktural melalui pembuatan bangunan-bangunan fisik, maupun non fisik-struktural melalui perundang-undangan dan pelatihan.

Jumat, 01 Mei 2009

Bedugul

Bedugul - Ngembak Geni 1931 Caka