Senin, 28 September 2009

Madakaripura

Bromo

Minggu, 27 September 2009

Penanjakan

SUNRISE SAWAL SETU PAHING

Kota Satria

Alun-alun

Minggu, 20 September 2009

Ceritera tentang Anak-anak

Sebenarnya bila mudik perasaanku tidak sama dengan mereka yang mudik. Mereka bila mudik kelihatan ceria, senang, gembira, dan segudang sukacita yang lain. Paling tidak itu yang aku lihat dengan fenomena para pemudik.
Tetapi segudang sukacita itu tidak berlaku pada diriku. Ceria...bisa aku tampakkan. Senang...bisa aku ungkapkan. Gembira...bisa aku buka. Sukacita...ini satu-satunya yang masih aku banggakan, aku rasakan dan aku nanti-nanti. Sukacita karena aku bisa mengenang masa anak-anakku ketika itu yang kemudian aku bandingkan dengan keadaanku sekarang. Sungguh sukacita yang tiada tara. Sukacita atas segala karunia dan nikmat-Nya. Terlebih segala anugerah-Nya.
Meskipun, mungkin mereka yang melihat bertanya-tanya. Apa yang aku banggakan...? Sukacita yang bagaimana...? Karunia atau nikmat yang seperti apa...? Ya. Cara pandang orang tidak sama. Ukuran mereka tidak sama. Apalagi ukuran tentang sukacita, karunia dan nikmat dari-Nya.
Tentang hal ini aku punya cara pandang yang sederhana. Sederhana karena aku selalu berusaha membandingkan apa yang ada pada diriku sendiri. Membandingkan kemarin dengan hari ini. Membanding dulu dengan sekarang. Membandingkan ketika masa kanak-kanakku dengan masa kanak-kanak anak-anakku. Sungguh, sungguh suatu sukacita yang tiada tara. Sukacita untuk diriku sendiri. Semoga anak-anakku juga bisa mensyukuri sukacita yang sekarang mereka rasakan.
Kadang, dalam mengenangnya aku mengajak mereka. Bercerita tidak hanya dengan kata-kata, tetapi dengan keadaan nyata. Aku berusaha menunjukkan kepada mereka. Bukan untuk membuat mereka menjadi kecil atau merasa malu. Tetapi justru agar mereka menjadi besar dan mampu menempatkan rasa malu setepat-tepatnya. Bukankah mereka yang sekarang besar bermula dari kecil? Bukankah mereka yang punya rasa malu karena mereka tahu. Bahwa segala sesuatu yang ada pada diri kita bukan ada dengan sendirinya. Tetapi karena usaha kita yang mendapat restu dan nikmat-Nya. Seberapa pun sekarang keadaannya.
Masa anak-anakku kulalui dikota ini.

Baturraden

Mengisi waktu mudik dengan mengenang masa ceria anak-anak.
Anak-anak ketika aku sendiri masih anak-anak.
Anak-anak ketika anak-anakku sendiri masih anak-anak.
Sekarang mereka sudah bukan anak-anak.
Apalagi aku sendiri......
Baturraden.